Sosok I Ketut Sutha dalam dunia premanisme di Bali sudah tak
asing lagi. Bagi orang yang bergelut dunia itu pasti tahu dan merasakan kiprah serta sepak terjang pria asal Desa Asak, Karangasem ini.
Tahun 1984, dengan hanya bermodalkan sepeda gayung, pria kelahiran tahun 1968 ini menapakkan kakinya mencari penghidupan di Denpasar hingga Jakarta.
Di tanah rantau ini, pria kekar yang kini menjadi Nakoda (Ketua) PASUPATI ( Paiketan Spritual Bajra Sakti ) Bali ini sudah 6 kali keluar masuk penjara dengan pelbagai kasus kriniman mulai dari Money Changer liar, penganiayaan orang di Tanjung Priok serta jadi aktor penggerak massa di Bali.
Pahit getir perjalanan hidupnya ini memuncak di tahun 2002 ketika sang istri tercinta, Almarhum Ni Made Sutarmi meninggal lantaran sakit menahun. Tak mau larut dalam kesedihan, Sutha yang sebelumnya bekerja sebagai security di pelbagai tempat di Denpasar ini bangkit dengan membuka usaha Money Changer kecil-kecilan di Kuta.
Berkat ketekunannya, kesuksesan pun diraih, hingga bisa membangun usaha Ekspor Patung, Dupa, serta Tambak Udang di Kalimantan.
Kendati sudah sukses, masalah tak pernah henti membelit. Rekan–rekan perantauan dari Karangasem yang membangun usaha kecil–kecilan ini kerapkali diintimidasi oleh pihak lainnya.
Mendapat ketidakadilan, akhirnya terbesit niat untuk membentuk BRIGAS ( Barisan Rantau Gunung Agung Bersatu). Selain bersatu membela rekan perantauan dari Karangasem, ormas ini juga sangat aktif melakukan kegiatan spiritual, mulai dari menyumbang ratusan penjor hingga bersih-bersih di Pura.
Baru beberapa tahun dibangun ormas ini terpaksa dibubarkan, lantaran salah satu anggota BRIGAS melakukan pemukulan terhadap salah satu Satgas di Kuta hingga berujung munculnya perpecahan di internal BRIGAS.
Tak kehilangan akal, di tahun 2008, Sutha kemudian membangun organisasi baru yakni PASUPATI. Di sinilah awal kebangkitannya. Berkat ketekunan melakukan perjalanan spiritual ke seluruh Pura di Bali, pelbagai paica (anugerah) menghampirinya.
Salah satu paica berupa batu mulia sempat dipinjam oleh Presiden SBY saat berkampanye ke pulau Dewata, Bali.
Paling mengejutkan lagi di awal tahun 2009 ini, dirinya menemukan metode pengobatan dengan telor lembek. Telor ini unik, hanya direndam dengan air cuka dan air dari batu mulia.
Dalam waktu sehari, kulit telor itu mengelupas dengan sendirinya di dalam toples. Yang tersisa hanya lapisan putih serta sari telor.
Tak masuk nalar memang. Telor mentah yang disimpan dalam toples ini ternyata mampu menyembuhkan pelbagai macam penyakit. Orang gila, bingung, stress, kencing manis, sakit kulit, hingga penderita narkoba yang sempat makan telor ini sembuh dari penyakitnya.
Kabar keampuhan pengobatan Sutha pum menyebar. Rumah I Ketut Sutha dijalan Batu Intan Gang V No 26, Batubulan, Sukawati, Gianyar, kini selalu ramai dikunjungi orang.
“ Saya tak sadar, kala itu mimpi didatangi Pedanda Sakti, kemudian memercikkan tirta, dan memberikan petunjuk teknik pengobatan dengan menggunakan telor lembek ini, hanya itu, setelah saya coba ada hasil, saya hanya bisa bengong, “ katanya.
Biasanya, kalau orang terkena penyakit, begitu minum obat ini langsung muntah, hal ini menandakan penyakit orang tersebut sudah keluar. Orang juga bisa pingsan usai memakan telor ini.
“ Telur ini saya taruh di meja, jika ada yang datang tanpa ada saya pun bisa mencoba, “ ungkap pria yang juga Korlap DPM ( Dewan Perwakilan Massa) Badung ini.
Terkait penemuan ini, Sutha mengundang warga yang kurang mampu untuk mencoba metode penemuannya ini. Sekaligus membuktikan keampuhan dari telur lembek, dan sudah pasti tak akan dipungut bayaran alias gratis.
“ Saya lahir dari orang miskin, sudah sewajarnya saya membantu warga miskin, sekali lagi saya tekankan obat yang saya temukan ini saya berikan gratis, saya ikhlas untuk itu, kalau tak percaya silahkan dicoba, “ jelas Sutha yang kini memiliki anggota 2 ribu orang tersebar di seluruh Bali.
0 comments:
Post a Comment