Review Opera 11

Baru saja diluncurkan, Opera 11 memiliki sejumlah terobosan. Terobosannya bukan terletak pada tampilan, melainkan pada fungsionalitas.
Salah satu yang tertua, tapi tercecer di belakang. Begitulah nasib peramban Opera. Walau telah dilahirkan 14 tahun lalu, saat ini Opera masih belum mampu memesona banyak pengguna internet.  


Dalam satu tahun terakhir (November 2009 – 2010), peramban bikinan Norwegia ini seakan mentok di posisi kelima, berdasarkan data StatCounter. Dengan kata lain, Opera menempati peran sebagai juru kunci dibanding empat peramban top lainnya, yaitu Internet Explorer, Mozilla Firefox, Safari, dan bahkan jauh tertinggal dari si “anak bawang”, Google Chrome.
Pertumbuhan jumlah pengguna Opera pun fluktuatif. Ada kalanya meningkat, tapi beberapa kali melorot. Tapi, perubahan angkanya tidak signifikan. Pangsa pasar Opera tetap konstan berada di sekitar 2% saja. Yang melejit malah adiknya, Opera Mini dan Opera Mobile. Keduanya sangat populer di kalangan pemakai ponsel.
Tak heran, dalam beberapa tahun belakangan, divisi riset dan pengembangan Opera yang berpusat di Oslo bekerja keras. Mereka berupaya menciptakan feature baru nan inovatif demi memikat pasar. Beberapa di antaranya yang menurut kami paling menarik adalah Speed Dial (pintasan ke situs favorit), Opera Mail (e-mail client terintegrasi), Opera Turbo (kompresi laman supaya waktu loading lebih gegas), dan Opera Unite (penyimpanan berkas di cloud).

Nah, pada pertengahan Desember lalu, Opera meluncurkan versi terbaru perambannya, yakni Opera 11. Untuk mendapatkannya, tinggal unduh berkas instalasi di situsnya. Besar installer untuk Windows cuma 7,2 MB – 30% lebih kecil dibanding Opera 10. Tersedia pula installer untuk Mac OS dan Linux.
Melihat penampilan secara umum, tidak ada perbedaan mencolok dibanding Opera 10. Warna default biru krom tetap menghiasi panel jendela. Demikian pula kelegaan layar yang disebabkan tampilan menu dan ikon-ikon yang minimalis.

Opera 11 memang lebih berfokus pada pengayaan dan penyempurnaan feature. Satu yang kami suka adalah keberadaan opsi Plug-in on Demand. Mencentang boks Enable Plug-in on Demand pada menu Settings > Preferences > Advanced > Content akan memblokir munculnya konten yang membutuhkan plug-in tertentu. Manfaatnya terasa saat kita membuka laman web yang memuat satu atau lebih animasi Flash, misalnya YouTube atau Detik.com yang lamannya kerap disesaki iklan berekstensi Flash.
Pembaruan lain terlihat pada kotak alamat (address box). Pengembang Opera telah lebih memperhatikan keamanan kita dalam berselancar. Caranya lewat pendeteksian keabsahan dan keamanan setiap situs yang kita kunjungi, ditandai dengan label Trusted, Secure, atau Web. Di samping itu, Opera memberi sorotan kepada domain utama situs, sehingga memudahkan pengenalan terhadap situs-situs berpotensi phishing.
Namun, masih ada tiga feature anyar lain yang menurut kami patut mendapat perhatian lebih. Ketiganya adalah Tab Stacking, Mouse Gestures, dan Extensions. Ulasan lebih rinci kami sampaikan dalam boks di bagian bawah.
***
Sejak kelahiran versi ke-10, kami sudah memilih Opera sebagai salah satu peramban favorit. Kami terkesan pada tampilan, kemudahan, dan sejumlah feature yang terintegrasi di dalamnya. Kemunculan Opera 11 makin menambatkan hati kami kepadanya. Asalkan jumlah aplikasi ekstensi terus diperbanyak secara cepat, bukan mustahil Opera mampu mengejar ketertinggalan dari para pesaing.

Sumber : http://www.infokomputer.com

0 comments:

Post a Comment

Popular Posts