Ada sebuah cerita inspiratif yang sangat menarik tentang seorang cacat
dari Hawaii yang bisa membuat kita tambah maju dan sukses. Di Hawaii,
ada seorang cacat yang tidak mempunyai tangan kanan sejak ia lahir,
tetapi tangan kirinya normal. Sewaktu kecil, ia sering diolok-olok dan
dihina oleh teman-temannya. Ia menjadi minder karena hal tersebut.
Suatu ketika dia bertemu dengan seorang guru beladiri dan Guru itu bertanya kepadanya, "Apakah kamu mau saya ajarkan ilmu beladiri supaya kamu menjadi percaya diri dan tidak minder lagi?" Jawabnya dengan berapi-api dan semangat, "Mau, saya sangat mau!"
Singkat cerita, orang cacat itu diajari dengan satu jurus teknik kuncian dan ia diminta untuk terus melatihnya. Hingga berminggu-minggu lamanya, si cacat itu terus-menerus mempraktekkan satu jurus itu saja. Tak terasa 4 bulan telah berlalu dan murid tersebut merasa sudah mahir. Ia lalu berkata pada Gurunya, "Guru, tolong ajarkan jurus yang lain kepada saya." Gurunya menjawab, "Praktekkan jurus itu dengan lebih cepat dan lebih kuat!" Setelah beberapa minggu, ketika muridnya berkata, "Guru saya sudah ahli." Gurunya menjawab, "Kamu harus bisa lebih cepat dan lebih kuat lagi, nanti saya akan berikan banyak lawan tanding!" Gurunya bertanya "Apakah kamu benar-benar sudah merasa ahli? Kalau memang begitu kamu sekarang bisa mempraktekkannya dengan lawan tanding." Ternyata jurusnya itu bekerja dengan sempurna dan ia bisa mengalahkan semua lawan tandingnya dengan mudah.
Gurunya sangat puas dengan hasil itu, dan berkata, "Baiklah, sekarang kamu akan saya daftarkan untuk mengikuti pertandingan beladiri berkelas." Namun, si murid tersebut kaget dan berteriak, "Guru! Saya kan baru bisa menguasai satu jurus, tapi mengapa Anda sudah mendaftarkan saya pada kejuaraan beladiri berkelas ini?" Gurunya menjawab "Tidak usah takut!" Lalu sang murid berpikir, "Oh...mungkin saya didaftarkan ke suatu kejuaraan, mungkin saya akan diajari jurus-jurus yang baru karena pertandingannya masih 2 bulan lagi." Ternyata tidak seperti yang ia pikirkan, dia hanya tetap diajari satu jurus kuncian yang sama, terus-menerus hanya diajari jurus itu oleh Gurunya. Dalam latih tanding dia dapat mengalahkan semua lawannya. Lalu ia bertanya, "Guru, apakah saya bisa mengikuti kejuaraan ini dengan berbekal satu jurus saja?" Gurunya menjawab, "Sudahlah, yang penting kamu fokus terus pratek dengan lawan tanding lebih kuat dan lebih cepat untuk menyempurnakannya." Si cacat itu berkata lagi, "Apakah saya tidak perlu mempelajari jurus yang lain?" Gurunya berkata dengan lantang, "Tidak!" Kemudian ia berkata, "Guru, kalau nanti saya kalah, saya akan sangat malu." Gurunya memberikan semangat, "Tidak masalah, yang penting kamu ikut saja dulu."
Tibalah hari kejuaraan tersebut. Si murid tersebut tetap hanya berbekal satu jurus untuk bertarung. Ketika berhadapan dengan lawan pertamanya, dengan sangat cepat ia mengunci lawannya sehingga lawannya itu tidak bisa bergerak sama sekali dan akhirnya menyerah. Demikian hingga sampai babak ketiga, dengan satu jurus ia berhasil mengalahkan semua lawannya dengan cepat. Kemudian memasuki babak semi final ia berkata kepada gurunya, "Waduh guru..., sudah tiga kali saya menggunakan jurus ini terus, nanti lawan saya sudah pasti tahu, tolong saya diajarkan jurus sakti yang lain agar saya bisa lolos ke babak selanjutya". Gurunya berkata dengan tegas, "Sudahlah, kamu pakai saja jurus itu dengan lebih kuat dan lebih cepat." Akhirnya, dengan terpaksa si cacat itu maju ke babak semi final dengan menggunakan satu jurus itu, dan ternyata ia tidak menyangka bahwa lawannya dapat dikunci dengan cepat dan menyerah. Ia sangat gembira dengan kemenangannya itu. Akhirnya tibalah dia di babak final. Kali ini lawannya merupakan juara bertahan selama tujuh kali berturut-turut. Secara spontan ia berkata lagi kepada gurunya, "Waduh guru..., dia juara bertahan dengan rekor tujuh kali mempertahankan gelarnya. Saya empat kali menang hanya menggunakan satu jurus yang sama, bagaimana saya bisa mengalahkannya?" Murid itu tampak mulai ragu dan berkata, "Tolong...,ajarkan saya jurus sakti yang lain, tolonglah saya guru!" Gurunya menjawab, "Tidak! Kamu tetap masuk babak final dengan satu jurus itu dan buatlah dengan lebih kuat dan lebih cepat lagi!"
Dan ketika akhirnya ia berhadapan dengan juara bertahan itu dengan mengandalkan satu jurus yang digunakan sebelumnya, memang agak lama dibanding lawan-lawan sebelumnya karena sang juara bertahan terus lari menghindari agar jangan sampai dikunci oleh si murid. Tapi akhirnya sang murid berhasil mengunci dan langsung mengalahkan sang juara bertahan. Kemudian ia merayakan kemenangannya dengan sangat gembira. Malam harinya, ia disambut dengan pesta yang sangat meriah. Dan ketika semua sudah pulang, yang masih tinggal hanya dia dan gurunya. Mereka duduk di tepi pantai melihat ombak di tepian pantai dalam sinar cerah bintang dan rembulan.
Kemudian si murid berkata kepada gurunya, "Guru, saya tidak habis pikir, mengapa saya bisa juara hanya dengan satu jurus saja?" Gurunya menjawab, "Ada dua hal yang membuat kamu bisa jadi pemenang. Pertama, teknik kuncianmu itu merupakan teknik kuncian yang paling hebat di dunia beladiri, sangat sulit dihindari, apalagi kamu melakukan dengan kecepatan dan kekuatan yang luar biasa. Kedua, teknik kuncian kamu ini sebenarnya ada cara untuk menghindarinya. Tetapi, untuk melakukannya lawanmu harus memegang tangan kananmu, dan kamu tidak punya tangan kanan.......!!"
Demikian juga halnya dalam dunia ini, kita harus terus mengembangkan dan fokus pada teknik-tenik yang bermanfaat. Selain itu, coba kita mengubah kelemahan kita menjadi kekuatan. Dengan kedua cara itu, kita akan menjadi sukses seperti si murid yang akhirnya bisa jadi juara beladiri.
Suatu ketika dia bertemu dengan seorang guru beladiri dan Guru itu bertanya kepadanya, "Apakah kamu mau saya ajarkan ilmu beladiri supaya kamu menjadi percaya diri dan tidak minder lagi?" Jawabnya dengan berapi-api dan semangat, "Mau, saya sangat mau!"
Singkat cerita, orang cacat itu diajari dengan satu jurus teknik kuncian dan ia diminta untuk terus melatihnya. Hingga berminggu-minggu lamanya, si cacat itu terus-menerus mempraktekkan satu jurus itu saja. Tak terasa 4 bulan telah berlalu dan murid tersebut merasa sudah mahir. Ia lalu berkata pada Gurunya, "Guru, tolong ajarkan jurus yang lain kepada saya." Gurunya menjawab, "Praktekkan jurus itu dengan lebih cepat dan lebih kuat!" Setelah beberapa minggu, ketika muridnya berkata, "Guru saya sudah ahli." Gurunya menjawab, "Kamu harus bisa lebih cepat dan lebih kuat lagi, nanti saya akan berikan banyak lawan tanding!" Gurunya bertanya "Apakah kamu benar-benar sudah merasa ahli? Kalau memang begitu kamu sekarang bisa mempraktekkannya dengan lawan tanding." Ternyata jurusnya itu bekerja dengan sempurna dan ia bisa mengalahkan semua lawan tandingnya dengan mudah.
Gurunya sangat puas dengan hasil itu, dan berkata, "Baiklah, sekarang kamu akan saya daftarkan untuk mengikuti pertandingan beladiri berkelas." Namun, si murid tersebut kaget dan berteriak, "Guru! Saya kan baru bisa menguasai satu jurus, tapi mengapa Anda sudah mendaftarkan saya pada kejuaraan beladiri berkelas ini?" Gurunya menjawab "Tidak usah takut!" Lalu sang murid berpikir, "Oh...mungkin saya didaftarkan ke suatu kejuaraan, mungkin saya akan diajari jurus-jurus yang baru karena pertandingannya masih 2 bulan lagi." Ternyata tidak seperti yang ia pikirkan, dia hanya tetap diajari satu jurus kuncian yang sama, terus-menerus hanya diajari jurus itu oleh Gurunya. Dalam latih tanding dia dapat mengalahkan semua lawannya. Lalu ia bertanya, "Guru, apakah saya bisa mengikuti kejuaraan ini dengan berbekal satu jurus saja?" Gurunya menjawab, "Sudahlah, yang penting kamu fokus terus pratek dengan lawan tanding lebih kuat dan lebih cepat untuk menyempurnakannya." Si cacat itu berkata lagi, "Apakah saya tidak perlu mempelajari jurus yang lain?" Gurunya berkata dengan lantang, "Tidak!" Kemudian ia berkata, "Guru, kalau nanti saya kalah, saya akan sangat malu." Gurunya memberikan semangat, "Tidak masalah, yang penting kamu ikut saja dulu."
Tibalah hari kejuaraan tersebut. Si murid tersebut tetap hanya berbekal satu jurus untuk bertarung. Ketika berhadapan dengan lawan pertamanya, dengan sangat cepat ia mengunci lawannya sehingga lawannya itu tidak bisa bergerak sama sekali dan akhirnya menyerah. Demikian hingga sampai babak ketiga, dengan satu jurus ia berhasil mengalahkan semua lawannya dengan cepat. Kemudian memasuki babak semi final ia berkata kepada gurunya, "Waduh guru..., sudah tiga kali saya menggunakan jurus ini terus, nanti lawan saya sudah pasti tahu, tolong saya diajarkan jurus sakti yang lain agar saya bisa lolos ke babak selanjutya". Gurunya berkata dengan tegas, "Sudahlah, kamu pakai saja jurus itu dengan lebih kuat dan lebih cepat." Akhirnya, dengan terpaksa si cacat itu maju ke babak semi final dengan menggunakan satu jurus itu, dan ternyata ia tidak menyangka bahwa lawannya dapat dikunci dengan cepat dan menyerah. Ia sangat gembira dengan kemenangannya itu. Akhirnya tibalah dia di babak final. Kali ini lawannya merupakan juara bertahan selama tujuh kali berturut-turut. Secara spontan ia berkata lagi kepada gurunya, "Waduh guru..., dia juara bertahan dengan rekor tujuh kali mempertahankan gelarnya. Saya empat kali menang hanya menggunakan satu jurus yang sama, bagaimana saya bisa mengalahkannya?" Murid itu tampak mulai ragu dan berkata, "Tolong...,ajarkan saya jurus sakti yang lain, tolonglah saya guru!" Gurunya menjawab, "Tidak! Kamu tetap masuk babak final dengan satu jurus itu dan buatlah dengan lebih kuat dan lebih cepat lagi!"
Dan ketika akhirnya ia berhadapan dengan juara bertahan itu dengan mengandalkan satu jurus yang digunakan sebelumnya, memang agak lama dibanding lawan-lawan sebelumnya karena sang juara bertahan terus lari menghindari agar jangan sampai dikunci oleh si murid. Tapi akhirnya sang murid berhasil mengunci dan langsung mengalahkan sang juara bertahan. Kemudian ia merayakan kemenangannya dengan sangat gembira. Malam harinya, ia disambut dengan pesta yang sangat meriah. Dan ketika semua sudah pulang, yang masih tinggal hanya dia dan gurunya. Mereka duduk di tepi pantai melihat ombak di tepian pantai dalam sinar cerah bintang dan rembulan.
Kemudian si murid berkata kepada gurunya, "Guru, saya tidak habis pikir, mengapa saya bisa juara hanya dengan satu jurus saja?" Gurunya menjawab, "Ada dua hal yang membuat kamu bisa jadi pemenang. Pertama, teknik kuncianmu itu merupakan teknik kuncian yang paling hebat di dunia beladiri, sangat sulit dihindari, apalagi kamu melakukan dengan kecepatan dan kekuatan yang luar biasa. Kedua, teknik kuncian kamu ini sebenarnya ada cara untuk menghindarinya. Tetapi, untuk melakukannya lawanmu harus memegang tangan kananmu, dan kamu tidak punya tangan kanan.......!!"
Demikian juga halnya dalam dunia ini, kita harus terus mengembangkan dan fokus pada teknik-tenik yang bermanfaat. Selain itu, coba kita mengubah kelemahan kita menjadi kekuatan. Dengan kedua cara itu, kita akan menjadi sukses seperti si murid yang akhirnya bisa jadi juara beladiri.
0 comments:
Post a Comment