kisah hidup dan kegagalan pendiri HONDA

http://www.acuritimports.com/Soichiro2.jpg



Amati kendaraan yang melintasi jalan raya. Pasti, mata Anda

selalu terbentur pada kendaraan bermerek Honda, baik berupa mobil

maupun motor. Merek kendaran ini memang selalu menyesaki padatnya

lalu lintas. Karena itu barangkali memang layak disebut sebagai raja

jalanan.






Namun, pernahkah Anda tahu, sang pendiri kerajaan bisnis

Honda -- Soichiro Honda -- selalu diliputi kegagalan saat menjalani

kehidupannya sejak kecil hingga berbuah lahirnya imperium bisnis

mendunia itu. Dia bahkan tidak pernah bisa menyandang gelar insinyur.

Ia bukan siswa yang memiliki otak cemerlang. Di kelas, duduknya tidak

pernah di depan, selalu menjauh dari pandangan guru.





http://www.motorcyclemuseum.org/halloffame/hofimages/Soichiro_Honda_s.jpg






Saat merintis bisnisnya, Soichiro Honda selalu diliputi

kegagalan. Ia sempat jatuh sakit, kehabisan uang, dikeluarkan dari

kuliah. Namun, ia terus bermimpi dan bermimpi. Dan, impian itu

akhirnya terjelma dengan bekal ketekunan dan kerja keras. ''Nilaiku

jelek di sekolah. Tapi saya tidak bersedih, karena dunia saya di

sekitar mesin, motor dan sepeda,'' tutur Soichiro, yang meninggal

pada usia 84 tahun, setelah dirawat di RS Juntendo, Tokyo, akibat

mengidap lever.






Kecintaannya kepada mesin, jelas diwarisi dari ayahnya yang

membuka bengkel reparasi pertanian, di dusun Kamyo, distrik Shizuko,

Jepang Tengah. Di kawasan inilah dia lahir. Kala sering bermain di

bengkel, ayahnya selalu memberi catut (kakak tua) untuk mencabut

paku. Ia juga sering bermain di tempat penggilingan padi melihat

mesin diesel yang menjadi motor penggeraknya. Di situ, lelaki

kelahiran 17 November 1906 ini dapat berdiam diri berjam-jam. Tak

seperti kawan sebayanya kala itu yang lebih banyak menghabiskan waktu


bermain penuh suka cita. Dia memang menunjukan keunikan sejak awal.

Seperti misalnya kegiatan nekad yang dipilihnya pada usia 8 tahun,

dengan bersepeda sejauh 10 mil. Itu dilakukan hanya karena ingin

menyaksikan pesawat terbang.







http://world.honda.com/history/limitlessdreams/atype/img/index_top.jpg







Bersepada memang menjadi salah satu hobinya kala kanak-kanak.


Dan buahnya, ketika 12 tahun, Soichiro Honda berhasil menciptakan

sebuah sepeda pancal dengan model rem kaki. Sampai saat itu, di

benaknya belum muncul impian menjadi usahawan otomotif. Karena dia

sadar berasal dari keluarga miskin. Apalagi fisiknya lemah, tidak

tampan, sehingga membuatnya selalu rendah diri.





Di usia 15 tahun, Honda hijrah ke kota, untuk bekerja di Hart

Shokai Company. Bossnya, Saka Kibara, sangat senang melihat cara

kerjanya. Honda teliti dan cekatan dalam soal mesin. Setiap suara


yang mencurigakan, setiap oli yang bocor, tidak luput dari

perhatiannya. Enam tahun bekerja di situ, menambah wawasannya tentang

permesinan. Akhirnya, pada usia 21 tahun, Saka Kibara mengusulkan

membuka suatu kantor cabang di Hamamatsu. Tawaran ini tidak

ditampiknya.



http://www.gizmag.com/pictures/6475_171106111513.jpg





Di Hamamatsu prestasi kerjanya kian membaik. Ia selalu

menerima reparasi yang ditolak oleh bengkel lain. Kerjanya pun cepat


memperbaiki mobil pelanggan sehingga berjalan kembali. Karena itu,

jam kerjanya tak jarang hingga larut malam, dan terkadang sampai

subuh. Yang menarik, walau terus kerja lembur otak jeniusnya tetap

kreatif.





Kejeniusannya membuahkan fenomena. Pada zaman itu, jari-jari

mobil terbuat dari kayu, hingga tidak baik untuk kepentingan meredam

goncangan. Menyadari ini, Soichiro punya gagasan untuk menggantikan

ruji-ruji itu dengan logam. Hasilnya luar biasa. Ruji-ruji logamnya


laku keras, dan diekspor ke seluruh dunia.





Pada usia 30 tahun, Honda menandatangani patennya yang

pertama. Setelah menciptakan ruji. Lalu Honda pun ingin melepaskan

diri dari bosnya, membuat usaha bengkel sendiri. Mulai saat itu dia

berpikir, spesialis apa yang dipilih ? Otaknya tertuju kepada

pembuatan ring piston, yang dihasilkan oleh bengkelnya sendiri pada

1938. Lalu, ditawarkannya karya itu ke sejumlah pabrikan otomotif.

Sayang, karyanya itu ditolak oleh Toyota, karena dianggap tidak


memenuhi standar. Ring Piston buatannya tidak lentur, dan tidak laku

dijual. Ia ingat reaksi teman-temannya terhadap kegagalan itu dan

menyesalkan dirinya keluar dari bengkel milik Saka Kibara. Akibat

kegagalan itu, Honda jatuh sakit cukup serius. Dua bulan kemudian,

kesehatannya pulih kembali. Ia kembali memimpin bengkelnya. Tapi,

soal ring pinston itu, belum juga ada solusinya. Demi mencari

jawaban, ia kuliah lagi untuk menambah pengetahuannya tentang mesin.





http://www.diariomotor.com/imagenes/soichiro-honda-cumple-100_1.jpg






Siang hari, setelah pulang kuliah, dia langsung ke bengkel

mempraktekkan pengetahuan yang baru diperoleh. Tetapi, setelah dua

tahun menjadi mahasiswa, ia akhirnya dikeluarkan karena jarang

mengikuti kuliah. ''Saya merasa sekarat, karena ketika lapar tidak

diberi makan, melainkan dijejali penjelasan bertele-tele tentang

hukum makanan dan pengaruhnya,'' ujar Honda, yang diusia mudanya

gandrung balap mobil. Kepada rektornya, ia jelaskan kuliahnya bukan

mencari ijazah. Melainkan pengetahuan. Penjelasan ini justru dianggap


penghinaan. Tapi dikeluarkan dari perguruan tinggi bukan akhir

segalanya. Berkat kerja kerasnya, desain ring pinston-nya diterima

pihak Toyota yang langsung memberikan kontrak. Ini membawa Honda

berniat mendirikan pabrik. Impiannya untuk mendirikan pabrik mesinpun

serasa kian dekat di pelupuk mata.





Tetapi malangnya, niatan itu kandas. Jepang, karena siap

perang, tidak memberikan dana kepada masyarakat. Bukan Honda kalau

menghadapi kegagalan lalu menyerah pasrah. Dia lalu nekad


mengumpulkan modal dari sekelompok orang untuk mendirikan pabrik.

Namun lagi-lagi musibah datang. Setelah perang meletus, pabriknya

terbakar, bahkan hingga dua kali kejadian itu menimpanya.





http://sparklinginthedark.files.wordpress.com/2008/08/soichiro-honda2.jpg





Honda tidak pernah patah semangat. Dia bergegas mengumpulkan

karyawannya. Mereka diperintahkan mengambil sisa kaleng bensol yang

dibuang oleh kapal Amerika Serikat, untuk digunakan sebagai bahan


mendirikan pabrik. Penderitaan sepertinya belum akan selesai. Tanpa

diduga, gempa bumi meletus menghancurkan pabriknya, sehingga

diputuskan menjual pabrik ring pinstonnya ke Toyota. Setelah itu,

Honda mencoba beberapa usaha lain. Sayang semuanya gagal.





Akhirnya, tahun 1947, setelah perang, Jepang kekurangan

bensin. Di sini kondisi ekonomi Jepang porak poranda. Sampai-sampai

Honda tidak dapat menjual mobilnya akibat krisis moneter itu. Padahal

dia ingin menjual mobil itu untuk membeli makanan bagi keluarganya.






Dalam keadaan terdesak, ia lalu kembali bermain-main dengan

sepeda pancalnya. Karena memang nafasnya selalu berbau rekayasa

mesin, dia pun memasang motor kecil pada sepeda itu. Siapa sangka,

sepeda motor-- cikal bakal lahirnya mobil Honda -- itu diminati oleh

para tetangga. Jadilah dia memproduksi sepeda bermotor itu. Para

tetangga dan kerabatnya berbondong-bondong memesan, sehingga Honda

kehabisan stok. Lalu Honda kembali mendirikan pabrik motor. Sejak

itu, kesuksesan tak pernah lepas dari tangannya. Motor Honda berikut


mobilnya, menjadi raja jalanan dunia, termasuk Indonesia.



http://media-2.web.britannica.com/eb-media/09/95609-004-8E28505D.jpg





Semasa hidup Honda selalu menyatakan, jangan dulu melihat

keberhasilanya dalam menggeluti industri otomotif. Tapi lihatlah

kegagalan-kegagalan yang dialaminya. ''ORANG MELIHAT KESUKSESAN SAYA

HANYA SATU PERSEN. TAPI, MEREKA TIDAK MELIHAT 99 PERSEN KEGAGALAN SAYA,'' tuturnya. Ia memberikan petuah, ''KETIKA ANDA MENGALAMI

KEGAGALAN, MAKA SEGERALAH MULAI KEMBALI BERMIMPI. DAN MIMPIKANLAH MIMPI BARU.'' Jelas kisah Honda ini merupakan contoh, bahwa sukses itu bisa diraih seseorang dengan modal seadanya, tidak pintar di

sekolah, dan hanya berasal dari keluarga miskin.

0 comments:

Post a Comment

Popular Posts