Sikap Mubarak cukup mengejutkan karena beberapa jam sebelum ini dia telah menegaskan tidak akan memenuhi tuntutan demonstran. “Setelah mempertimbangkan sulitnya kondisi negara saat ini,
Presiden Hosni Mubarak memutuskan meninggalkan posisinya sebagai presiden negara ini dan menugaskan Mahkamah Tinggi Angkatan Bersenjata untuk mengatur urusan negara,”ujar Suleiman.
Kepada Reuters,sumber militer menyatakan, Menteri Pertahanan Mohamed Hussein Tantawi telah ditunjuk sebagai kepala Mahkamah Tinggi Militer yang akan mengambil alih kuasa Mesir setelah Mubarak mundur.
Pengumuman pengunduran diri Mubarak langsung disambut sorakan, lambaian bendera, dan bunyi klakson warga di seluruh penjuru Mesir, termasuk para demonstran yang sudah 18 hari menggelar aksi di Lapangan Tahrir, Kairo.“ Rakyat telah menumbangkan rezim ini!”sorak mereka. Tokoh utama oposisi Mesir,Mohamed ElBaradei,juga menyambut gembira pengunduran diri Mubarak itu dan mengharapkan adanya transisi kekuasaan yang indah di negara itu.“Ini adalah hari terbaik dalam hidup saya.Negara ini telah merdeka dari represi,”ujarnya. Uni Eropa langsung menyambut keputusan pengunduran diri Mubarak dengan menyatakan pria yang berkuasa dari 1981 itu telah mendengarkan suara rakyat dan membuka jalan bagi reformasi.
“Saat ini penting bahwa dialog akan mempercepat pembentukan pemerintahan yang menghormati aspirasi dan mewujudkan stabilitas bagi rakyat Mesir,”ujar Kepala Urusan Luar Negeri Uni Eropa Catherine Ashton. “Masa depan Mesir tetap berada di tangan rakyat Mesir.”Tak hanya rakyat Mesir yang menyambut gembira mundurnya Mubarak. Di Tunis, ibu kota Tunisia, warga juga turun ke jalan,bersorak dan membunyikan klakson.Mubarak mundur hanya empat pekan setelah pemimpin Tunisia, Zine el Abidine ben Ali, terguling oleh revolusi rakyat. “Menyenangkan sekali! Dua diktator jatuh dalam waktu kurang dari sebulan,” ujar Nourredine, 23, mahasiswa yang bergabung dengan pesta jalanan di Bourguiba Avenue di Tunis. Pengumuman pengunduran diri Mubarak ini bisa dibilang menjadi sebuah kejutan.
Dalam 24 jam terakhir telah terjadi perubahan signifikan dan cepat dalam dunia politik di Mesir setelah pria berusia 82 tahun yang telah 30 tahun berkuasa itu menegaskan tekadnya untuk tetap bertahan sebagai kepala negara Negeri Piramida itu hingga pemilu September mendatang. Dalam pidato Kamis malam lalu Mubarak menyatakan akan menyerahkan tanggung jawab tugas negara kepada Suleiman, tapi dia tidak akan mundur sebagai presiden.Pidato itu telah membuat banyak demonstran kecewa. Sebelum pidato itu disampaikan, telah beredar luas rumor bahwa Mubarak akan mundur pada Kamis itu.Bahkan kabar itu secara implisit telah dikuatkan oleh beberapa petinggi negara, termasuk militer dan Ketua Partai Demokratik Nasional (NDP) Hossam Badrawi yang tadi malam menyatakan mengundurkan diri.
Meninggalkan Kairo
Sesaat sebelum mundur,Mubarak dan keluarganya meninggalkan Kairo dari sebuah pangkalan militer dan menuju resor Sharm el- Sheikh, Laut Merah. Laporan awalnya berdasar laporan televisi Al-Arabiya itu muncul kemarin, di tengah kemarahan demonstran yang tidak jua melihat Mubarak mundur dari jabatannya. “Kami dapat mengonfirmasi kedatangan presiden dan keluarganya di Sharm el-Sheikh,” papar Al-Arabiya. Juru Bicara Partai Demokratik Nasional (NDP) Mohammed Abdellah yang dikonfirmasi membenarkan pemimpin yang sudah berkuasa selama 30 tahun itu sekarang berada di Sharm el-Sheikh. Presiden Mubarak memang sering menghabiskan waktunya di Sharm el-Sheikh, tempat tetirah yang sangat terkenal di Laut Merah.
Mubarak juga sering menerima tamu-tamu penting di sana. Sebelumnya New York Times mengutip pejabat AS dan Mesir menyebut ada skenario menggusur Mubarak secara terhormat. Berdasar sumber yang enggan disebut namanya,Wakil Presiden Omar Suleiman dan pemimpin militer Mesir telah meminta Mubarak untuk mengundurkan diri dan pergi ke luar negeri. Itu juga menjadi bagian dari skenario pembentukan pemerintahan transisi yang dipimpin Suleiman. Dalam skenario yang dibuat AS dan militer Mesir, Presiden Mubarak menderita sakit. Kemudian, dia akan berobat ke Jerman. Selama ini media-media Barat melaporkan bahwa Mubarak bakal terbang dari Sharm el-Sheikh menuju ke Jerman untuk berobat. Skenario bertolaknya Mubarak ke Jerman karena sakit seperti larinya Mohammad Reza Shah yang meninggalkan Iran untuk berobat.
Walaupun Mubarak sudah meninggalkan Kairo, bukan berarti tuntutan demonstran terpenuhi sebab hingga kemarin harapan Mubarak mengundurkan diri semakin tidak pasti. Pengunjuk rasa kemarin bertambah geram karena militer menyatakan dukungannya pada Mubarak. Dukungan pernyataan dibacakan seorang kolonel angkatan darat di depan Istana Kepresidenan Mubarak yang isinya kepemimpinan tertinggi militer mendukung rencana reformasi Mubarak. Dukungan militer itu membuat Mubarak kian pasti tetap berkuasa hingga pemilu September. Ribuan demonstran meluapkan emosinya dengan memperluas aksinya, tidak hanya di Lapangan Tahrir, tapi juga menuju gedung istana kepresidenan dan kantor penyiaran televisi pemerintah. Mereka tetap menolak menyerah dan terus mendesak Mubarak mundur.
Pengunjuk rasa yang berkumpul di Istana Kepresidenan Mubarak di Kairo tidak dapat menyembunyikan kemarahannya. Seorang demonstran merebut mikrofon untuk mengecam langkah militer yang tetap mendukung Mubarak. “Anda mengecewakan kami. Kami semua meletakkan seluruh harapan padamu,” tegas demonstran itu saat massa mulai meneriakkan yel-yel agar Mubarak diadili. Ratusan ribu demonstran kemarin menggelar salat Jumat di Lapangan Tahrir.Pemimpin khotbah Jumat menyamakan perjuangan demonstran melawan Mubarak dengan Nabi Musa saat melawan raja Firaun.“Semoga Tuhan mengusir para penindas,” ucap pemimpin khotbah saat berdoa, dan dijawab ribuan orang dengan kata, “Amin,amin.” Seusai salat Jumat demonstran terus meneriakkan,“Turun, turun Hosni Mubarak!”Ratusan demonstran harus berjalan lebih dari satu jam untuk mencapai gedung istana kepresidenan pada Kamis (10/2) malam.
Sekitar 2.000 orang sudah memenuhi depan istana kepresidenan pada siang kemarin.Ini merupakan unjuk rasa pertama di luar gedung istana sejak 25 Januari, saat revolusi dimulai. “Kami tidak akan pergi hingga Mubarak mundur dan hari ini demo akan damai,” ujar Yasmine Mohamed, 23, seorang mahasiswi. Seorang anggota gerakan pemuda menegaskan, demonstran akan mengambil alih istana.“Kami bergerak setelah salat Jumat untuk mengambil alihnya,”tegas Ahmed Farouk,27. Di kota terbesar kedua di Mesir, Alexandria, ratusan ribu orang turun ke jalan setelah salat Jumat. Sheikh Ahmed al-Mahalawi yang memberikan khotbah di masjid besar Alexandria meminta demonstran untuk tidak menyerah. “Jangan mundur dari revolusimu karena sejarah tidak mundur,” tegasnya dalam khotbah yang disiarkan televisi Al-Jazeera.
Ribuan demonstran juga bergerak dari Lapangan Tahrir ke kantor siaran televisi pemerintah yang terletak di samping Sungai Nil. Gedung televisi itu dilindungi mobil- mobil militer, puluhan tentara, dan kawat berduri. Sebelumnya ratusan ribu rakyat Mesir yang berkumpul di Lapangan Tahrir pada Kamis (10/2) malam sangat kecewa karena Mubarak yang diharapkan mundur saat itu tetap menolak melepas jabatan. Mubarak hanya menyerahkan kekuasaan presiden kepada Wakil Presiden OmarSuleiman.Demonstran pun meneriakkan, “Oh Suleiman,oh Suleiman,kami sama sekali tidak menginginkanmu!” Pengunjuk rasa menggunakan sebuah pengeras suara untuk meneriakkan,“ Ini bukan permintaan kami. Kami punya satu permintaan: Mubarak turun.” “Saya pikir hari ini kami telah pergi ke istana.
Di Tahrir, ini tanpa akhir,” tegas Abdul Aziz Habib, pemilik pabrik yang turut berunjuk rasa. Salah satu pemimpin demonstran Mesir, Mohamed ElBaradei menulis di akun Twitter, “Mesir akan meledak. Militer harus menyelamatkan negara sekarang.” Dari dunia internasional, Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama memimpin seruan Barat untuk perubahan konkret di Mesir. “Rakyat Mesir telah diberi tahu bahwa di sana ada pemindahan wewenang, tapi belum jelas apakah transisi ini segera, berarti, atau cukup,”papar Obama. “Terlalu banyak rakyat Mesir yang masih tidak yakin bahwa pemerintah serius tentang transisi menuju demokrasi dan tanggung jawab pemerintah untuk berbicara secara jelas kepada rakyat Mesir dan dunia,” kata Obama.
Presiden yang pernah tinggal di Jakarta ini menegaskan bahwa Pemerintah Mesir harus mengambil jalur yang kredibel, konkret, dan total menuju demokrasi sejati,dan mereka belum meraih peluang itu. Uni Eropa dan Australia juga menyerukan perubahan. Jerman menegaskan, Mubarak tidak menghilangkan kekhawatiran dunia, tapi yang paling mengejutkan pria 82 tahun itu tidak bersedia mundur.Sedangkan Menlu Jerman Guido Westerwelle mengekspresikan kekecewaannya dengan mengatakan, pidato Mubarak tidak memenuhi harapan. “Kekhawatiran komunitas internasional justru lebih besar setelah pidato ini daripada sebelumnya,” ujarnya. Menlu Inggris William Hague menyatakan, transisi yang tertata itu penting.
“Kami mengkaji sangat dekat apa yang telah dikatakan Presiden dan Wakil Presiden Mesir,”ungkapnya. Beberapa jam sebelum Mubarak berpidato, Direktur CIA Leon Panetta memberi pernyataan ke media bahwa Mubarak hendak mengumumkan pengunduran dirinya. Dan saat Obama mengatakan kepada rakyat Amerika, “Kita menyaksikan sejarah terbentang,” banyak pengamat sangat yakin bahwa Pemerintah AS memperkirakan Mubarak mundur. Tapi, Mubarak dalam pidatonya tetap bertahan.Karena itu,Barat pun terus mendesak agar segera terjadi perubahan di Mesir. “Sekarang waktunya perubahan.Keinginan dan harapan rakyat Mesir harus terpenuhi,”kata Kepala Diplomat Uni Eropa Catherine Ashton.
Sedangkan Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (kemlu) China Ma Zhaoxu menegaskan lagi seruan untuk stabilitas.“China memahami dan mendukung upaya Mesir untuk menjaga stabilitas sosial dan memulihkan situasi normal,” paparnya. Ma menolak menjawab apakah BeijingmendukungMubarakturun. “Masalah Mesir harus diputuskan sendiri oleh Mesir dan tidak boleh ada intervensi asing,”katanya. Duta Besar Mesir untuk AS Sameh Shoukry menegaskan bahwa Suleiman sekarang menjadi kepala negara de facto. Sedangkan Sekretaris Jenderal PBB Ban Kimoon menekankan, Mesir harus memutuskan masa depan politiknya sendiri.
Ban juga menyerukan transisi damai untuk pemilu yang bebas dan adil. “PBB siap mendampingi proses itu,”katanya. @KoranSindo
0 comments:
Post a Comment